JAMBI, SERLOKMEDAN.COM
Para petani duku di Desa Rantau Ikil, Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo, Jambi, menghadapi dilema serius dengan turunnya harga jual duku di pasaran. Biasanya, mereka bisa menjual duku dengan harga lebih dari Rp10.000 per kilogram, namun saat ini harga jatuh drastis menjadi hanya Rp2.000-an per kilogramnya.
"Malas dipanennya, sekarang harga duku cuma Rp2.000-an ada juga dihargai Rp2.800. Murah nian," keluh Rima, salah satu petani dulu, Selasa (26/03/2024).
Penurunan drastis harga jual duku ini disebabkan oleh kelimpahan pasokan duku di pasaran. Konsekuensinya, banyak petani seperti Rima yang enggan memanen buahnya.
"Sekarang ini, kalau kita punya duku (petani Duku) mau paksa panen gak sesuai dengan harga tukang panjat itu, gak sebanding dengan upah kita yang punya batang," ungkap Rima.
Meskipun merasa sedih melihat buah duku dikebunnya berguguran karena tidak dipanen, Rima mengungkapkan bahwa jika dipanen dan dijual, petani akan mengalami kerugian besar.
"Sedihlah rasanya kalau tidak kita panen. Rasanya kita yang lihat kebun duku tidak tega lihat buahnya pada berjatuhan lantaran sudah masak. Tetapi kalau kita panen, duitnya gak sebanding dan juga tukang panjat sekarang sudah pada nolak," tambahnya.
Dalam beberapa tahun sebelumnya, Rima bisa meraih keuntungan hingga puluhan juta rupiah dari masa panen. Namun, dengan harga jual duku yang turun drastis seperti sekarang, petani menghadapi tantangan serius dalam menjaga keberlangsungan usaha mereka.
"Gini ya, kalau buah duku murah gini, andai kalau satu batang dapat 20 karung, kali kan harga Rp2.000-an atau Rp2.800 paling mahal itu dikalikan 20 kilo, itu cuman dapat Rp56.000 ribu. Upah tukang gimana? Itu hitung kasarnya saja, jadi tidak sebanding," ungkap Rima.
Melansir detiknews.com, Rabu (27/03/2024), situasi ini menunjukkan perlunya dukungan bagi para petani duku untuk mengatasi tantangan harga rendah ini dan mungkin mencari solusi yang lebih berkelanjutan untuk masa depan mereka. (SM)